Sunset in Kapuas River |
Indonesia
adalah negara yang kaya akan sumber daya
alam sekaligus sumber daya manusia. Indonesia memiliki tambang emas, dengan
kualitas terbaik ditanah Papua. Indonesia juga memiliki cadangan gas alam
terbesar di bawah laut dan pulau Natuna. Indonesia memiliki hutan tropis
terbesar dengan luas 39.549.447 hektar lengkap disertai keanekaragaman hayati
dan beragam faunanya. Indonesia memiliki lautan yang luas serta dikelilingi 2
samudra. Indonesia memiliki peringkat keempat
dunia atas jumlah penduduknya yang terdiri dari ribuan suku dan budayanya.
Tanahnya subur disertai pemandangan yang eksotis bak surga yang diturunkan ke
muka bumi. Dari tingginya gunung hingga dalamnya lautan, Indonesia memilikinya.
Seharusnya dengan kekayaan alam serta manusianya, Indonesia merupakan negara
maju dan menjadi ikon bagi negara disekitarnya, setidaknya di Asia Tenggara.
Tapi sayangnya, kenyataan tak seindah mimpi.
Pada
tahun 2014, jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan di Indonesia
mencapai 28 juta jiwa. Pada tahun yang sama, jumlah anak yang mesti putus
sekolah 7,39 juta jiwa. Jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,24 juta
jiwa. Selain itu, kasus korupsi pada
semester I pada tahun 2014 sudah mencapai 308 kasus, belum ditambah jumlah pada
semester kedua. Dan masih banyak lagi deretan angka dan fakta yang membuat kita
tercengang dan menggeleng tidak peracaya. Dengan semua fakta diatas,
memunculkan pertanyaan - pertanyaan : Adakah yang salah dengan negeri ini ? Mengapa negara sekaya dan sebesar Indonesia,
penduduknya masih banyak yang mengalami kemiskinan?
Kemiskinan
dan kekayaan. Ibarat dua sisi mata uang, kedua kata ini selalu terkait dan tak
bisa dipisahkan. Kedua kata yang mempunyai pengertian yang berlawanan ini,
selalu beriringan. Apabila kita membicarakan kemiskinan maka ada pembicaraan tentang
kekayaan. Begitu juga sebaliknya. Untuk definisi dari kata kemiskinan dan
kekayaan, setiap orang memiliki definisinya masing – masing. Setiap definisi
terbentuk dari bagaimana orang tersebut memandang atau melihat kemiskinan dan
kekayaan dari sudut pandang tertentu. Contohnya, apabila dilihat dari segi
materi, maka kekayaan adalah kondisi dimana sesuatu ataupun seseorang memiliki benda yang lebih dari yang ia
butuhkan dan kemiskinan adalah kondisi dimana sesuatu ataupun seseorang
tersebut mengalami kekurangan sehingga kebutuhan tak tercukupkan. Jika
dihubungkan dengan uang, maka kekayaan adalah dimana seseorang ataupun sesuatu
memiliki uang yang sangat banyak dan kemiskinan adalah dimana seseorang ataupun
sesuatu tidak memiliki cukup uang atau bahkan tidak punya sama sekali.
Sayangnya,
di dalam agama islam, kekayaan dan kemiskinan tidak dilihat dari banyaknya
harta ataupun benda yang ia miliki.
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw
berikut ini:
Dari Abu
Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi
kekayaan adalah kekayaan hati.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim)
Berdasarkan hadist diatas, kita
mengetahui jika kekayaan hakiki bukan terletak pada harta yang banyak. Hal ini
dikarenakan ada banyak orang yang Allah
melimpahkan banyak harta padanya namun ia tidak merasa cukup dengan pemberian
itu. Bahkan ia semakin giat dalam mencari harta tanpa memperdulikan darimana
asal harta tersebut. Pada saat itulah, orang tersebut dikatakan miskin, karena
ambisinya terhadap harta yang besar.
Dengan demikian dapat disimpulkan jika kekayaan dan kemiskinan pada hakikatnya bersumber dari hati dan jiwa manusia. Apabila hati selalu merasa cukup dengan pemberian Allah disertai kesungguh - sugguhan dalam mencari rezeki , sesungguhnya kondisi seperti inilah yang dikatakan kaya.
Dari hati dan jiwa yang kaya akan melahirkan sikap dan mental yang kaya. Begitu juga sebaliknya. Hati dan jiwa yang miskin dalam mengingat Tuhannya akan melahirkan sikap dan mental yang miskin pula. Tentu saja ini juga berdampak dalam kemiskinan dalam sudut pandang materil juga.
Kita
kembali ke negeri kita yang kaya sekaligus miskin, Indonesia. Mau sebanyak
apapun kekayaan yang dimiliki bangsa ini, jika hati dan jiwa masyarakatnya
miskin, maka sampai kapanpun negeri ini tak akan bisa menjadi negeri yang maju.
Kuncinya adalah intropeksi pada diri kita sendiri. Tanyakan kepada diri kita
apakah kita termasuk orang yang memiliki kekayaan hati untuk berkontribusi atau sebaliknya kemiskinan hati untuk
mengingat ilahi ?
Atau mungkin bukan keduanya, karena kita tidak tahu dan menyadari apa yang sebenarnya yang mengisi hati kita ? hanya anda dan Tuhan yang tahu.
Atau mungkin bukan keduanya, karena kita tidak tahu dan menyadari apa yang sebenarnya yang mengisi hati kita ? hanya anda dan Tuhan yang tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar