Selasa, 17 Maret 2015

BERAWAL DARI SEBUAH AYAT



Ibarat kapal yang tengah berlayar ditengah lautan adalah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan kehidupan seorang manusia di muka bumi. Setiap kapal yang berlayar, pastilah ia mempunyai tempat yang dituju ataupun pelabuhan yang akan disinggahi. Begitupula dengan manusia. Setiap manusia haruslah mempunyai tujuan dalam kehidupannya. Tujuan hidup inilah yang akan menentukan kualitas kehidupan seorang manusia. Tanpa tujuan hidup yang baik, manusia akan bergerak menyimpang , berputar – putar ditempat, bahkan sama sekali tidak bergerak, dan pastinya tidak mencapai atau mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Panggabean  dalam bukunya yang berjudul “strategi perang sun tzu untuk melejitkan potensi remaja”, mengerti akan tujuan hidup akan membantu manusia dalam memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya karena manusia tersebut akan mengetahui kemana dirinya akan melangkah serta bekal dan persiapan apa saja yang mesti dibawa.
Untuk mengetahui apa tujuan hidup ini, setiap manusia memiliki waktu dan kondisi tersendiri. Ini disebabkan setiap manusia memiliki kemampuan dalam memahami kehidupan yang berbeda – beda. Saya sering melihat dan mendengar seseorang yang baru menemukan tujuan hidupnya setelah ia melalui waktu yang panjang serta fase kehidupan yang tidak sedikit. kebalikannya, saya juga dapat menemukan beberapa anak muda yang penuh semangat dalam mencapai tujuan dalam kehidupannya. Bahkan tak sedikit, saya melihat seseorang yang sampai akhir hayat kehidupannya tak pernah mengetahui apa tujuannya untuk diciptakan. Maraknya aksi bunuh diri serta meningkatnya tingkat gejala stress di masyarakat adalah akibat dari ketidaktahuan akan makna kehidupan yang sebenarnya.
Sebagai seorang muslim, saya tidak perlu mencari jauh – jauh akan tujuan kehidupan saya di bumi. Ini disebabkan di dalam Al-Qur’an sudah tertulis secara jelas tujuan dari penciptaan manusia. Pada surah Adz-Dzariyat ayat 56 Allah swt berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(Sumber: Al-Qur’an Tajwid dan terjemahan, Maghfirah pustaka)
Jika  mengambil kesimpulan dari ayat tersebut, maka saya mengetahui jika tujuan dari kehidupan adalah untuk beribadah ataupun menyembah hanya kepada sang Maha Pencipta, Allah swt. Makna dari kata “beribadah” sendiri sangat luas. Secara terminalogi, ibadah memiliki arti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah memiliki pengertian berupa ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan perintah – perintah-Nya serta merendahkan diri kepada Nya disertai dengan rasa cinta yang tinggi pula. Ibadah mencakup seluruh apa saja yang di cintai dan di ridhai oleh Allah swt. Ini mempunyai arti bahwasannya setiap aktivitas seperti makan, belajar, berpergian, menikah bahkan tidur sekalipun, jika diniatkan hanya untuk keridhaan Allah swt, maka dapat bernilai ibadah. Dengan demikian sudah sepantasnya saya mengisi waktu dengan berbagai aktivitas yang mampu meningkatkan ketaatan kepada Allah swt.
Banyak hikmah yang saya dapatkan dalam beribadah. Salah satu dari hikmah tersebut  adalah meningkatnya jiwa sosial pada diri saya sebagai seorang muslim. Dengan beribadah, saya merasa lebih peduli pada lingkungan sekitar. Bukan sebaliknya. Jika saya kembali merujuk kepada Al- Qur’an, maka saya sering menemukan ayat – ayat yang berkaitan bagaimana seorang muslim peduli akan sesama muslim lainnya. Misalnya saja Surah At Taubah ayat 71, Allah swt berfirman :
“Dan orang – orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini menjelaskan bagaimana saya mesti bersikap kepada sesama muslim. Hal ini disebabkan adanya tali  persaudaraan yang tersambung pada antar sesama muslim dikarenakan kesamaan aqidah ataupun kesamaan tujuan hidup, yaitu beribadah dan mengharapkan keridhaan Allah swt semata.
Yang menjadi pertanyaan  selanjutnya adalah bagaimana sikap saya terhadap teman yang non Muslim ? Di dalam Al-Qur’an, Allah swt memerintahkan seorang muslim untuk berbuat baik dan adil kepada teman teman non muslim sepanjang mereka tidak memusuhi agama dan diri kita sendiri. Hal ini tertulis dalam surah Al- Mumtahanah ayat 8-9 dimana Allah swt berfirman :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang – orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang – orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu  (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang – orang yang zalim.”
Dengan semangat beribadah kepada Allah swt, maka keinginan saya untuk membantu serta memberikan kontribusi kepada sesama,baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun yang besar, haruslah semakin besar. Tak hanya sebatas keinginan , tapi juga harus berbuah aksi nyata. Aksi yang saya wujudkan dalam bentuk dakwah. Saya sendiri memilih berdakwah dalam bidang keilmuan, khususnya dalam ilmu akuntansi syariah. Maka dari itu, saya ingin menggeluti karir di bidang perguruan tinggi sebagai seorang dosen.
Mengapa menjadi seorang dosen ? Karena di posisi itu saya bisa bertemu dengan generasi muda, yaitu mahasiswa. Kepada merekalah saya berdakwah dimana saya dapat menyampaikan tentang Islam ,yang tak hanya mengatur dari segi ibadah saja, tetapi juga mencakup bidang ekonomi khususnya akuntansi. Saya ingin mengenalkan kepada mereka, khususnya pemuda muslim, tentang sistem ekonomi berbasis syariah. Sehingga kedepannya tidak ada lagi pemuda muslim yang masih awam tentang sistem ekonomi syariah. Selain itu, gerak ruang dosen tidak terbatas mengajar saja, tetapi juga mengembangkan ilmu baik melalui penelitian maupun pengabdian ke masyarakat.
 Keinginan selanjutnya adalah menjadi seorang pakar ekonomi sekaligus pakar akuntansi  syariah. Pada tahap ini, ranah dakwah saya tak lagi sebatas dunia kampus dan masyarakat disekitar saya, melainkan ke masyarakat luas, masyarakat Indonesia. Saya ingin mengenalkan sistem syariah lebih luas ke masyarakat. Sehingga masyarakat  dapat mengetahui dan merasa tertarik dengan sistem ekonomi syariah. Pada saat ini, banyak sekali isu – isu mengenai sistem ekonomi syariah, baik yang bagus maupun yang jelek. Maka dari itu, saya berkeinginan menjadi pakar ekonomi dan akuntansi syariah, agar bisa mengenalkan pada masayarakat tentang sistem ekonomi syariah secara menyeluruh.
Keinginan tertinggi saya adalah menjadi seorang menteri Ekonomi. Saya mempunyai keinginan untuk memperbaiki sistem ekonomi negara dengan ilmu yang saya miliki. Saya ingin memberikan kontribusi atau manfaat yang besar untuk negeri ini. Saya ingin bermanfaat bagi orang yang saya sayangi, bagi orang lain, bagi masyarakat, dan bagi dunia.
Kadangkala, saya merasa keinginan – keinginan itu terlalu tinggi untuk diraih serta terlalu berat untuk dipikul oleh saya sendiri. Apalagi saya hanyalah seorang perempuan. Tak sedikit orang yang memandang sebelah mata kepada saya dan usaha – usaha saya dalam mewujudkan mimpi tersebut. Saya sering disebut idealis, pemimpi, pengkhayal, dan apapun itu hanya Allah yang tahu. Tetapi inilah hidup yang saya pilih, dan inilah rencana yang sudah saya susun. Saya yakin dimana ada kemauan yang kuat serta kerja keras yang tak mengenal lelah, maka akan mendatangkan keberhasilan.
Kembali lagi kepada tujuan hidup saya yang berasal dari sebuah ayat. Hidup hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Salah satu bentuk dari beribadah itu adalah berdakwah. Menjadi seorang dosen, pakar ekonomi syariah, dan menteri ekonomi hanyalah upaya - upaya saya sebagai manusia  untuk berkontribusi dalam dakwah. Dan dakwah ini saya persembahkan hanya untuk Sang Pemilik Kehidupan, yang Menggenggam Jiwa saya,yaitu Allah swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar