Ibarat
kapal yang tengah berlayar ditengah lautan adalah perumpamaan yang tepat untuk
menggambarkan kehidupan seorang manusia di muka bumi. Setiap kapal yang
berlayar, pastilah ia mempunyai tempat yang dituju ataupun pelabuhan yang akan
disinggahi. Begitupula dengan manusia. Setiap manusia haruslah mempunyai tujuan
dalam kehidupannya. Tujuan hidup inilah yang akan menentukan kualitas kehidupan
seorang manusia. Tanpa tujuan hidup yang baik, manusia akan bergerak menyimpang
, berputar – putar ditempat, bahkan sama sekali tidak bergerak, dan pastinya
tidak mencapai atau mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Menurut Panggabean dalam bukunya yang
berjudul “strategi perang sun tzu untuk
melejitkan potensi remaja”, mengerti akan tujuan hidup akan membantu
manusia dalam memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya karena manusia
tersebut akan mengetahui kemana dirinya akan melangkah serta bekal dan
persiapan apa saja yang mesti dibawa.
Untuk
mengetahui apa tujuan hidup ini, setiap manusia memiliki waktu dan kondisi
tersendiri. Ini disebabkan setiap manusia memiliki kemampuan dalam memahami
kehidupan yang berbeda – beda. Saya sering melihat dan mendengar seseorang yang
baru menemukan tujuan hidupnya setelah ia melalui waktu yang panjang serta fase
kehidupan yang tidak sedikit. kebalikannya, saya juga dapat menemukan beberapa
anak muda yang penuh semangat dalam mencapai tujuan dalam kehidupannya. Bahkan
tak sedikit, saya melihat seseorang yang sampai akhir hayat kehidupannya tak
pernah mengetahui apa tujuannya untuk diciptakan. Maraknya aksi bunuh diri
serta meningkatnya tingkat gejala stress di masyarakat adalah akibat dari
ketidaktahuan akan makna kehidupan yang sebenarnya.
Sebagai
seorang muslim, saya tidak perlu mencari jauh – jauh akan tujuan kehidupan saya
di bumi. Ini disebabkan di dalam Al-Qur’an sudah tertulis secara jelas tujuan
dari penciptaan manusia. Pada surah Adz-Dzariyat ayat 56 Allah swt berfirman :
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.”
(Sumber:
Al-Qur’an Tajwid dan terjemahan, Maghfirah pustaka)
Jika mengambil kesimpulan dari ayat tersebut, maka
saya mengetahui jika tujuan dari kehidupan adalah untuk beribadah ataupun
menyembah hanya kepada sang Maha Pencipta, Allah swt. Makna dari kata
“beribadah” sendiri sangat luas. Secara terminalogi, ibadah memiliki arti
merendahkan diri serta tunduk. Ibadah memiliki pengertian berupa ketaatan
kepada Allah swt dengan melaksanakan perintah – perintah-Nya serta merendahkan
diri kepada Nya disertai dengan rasa cinta yang tinggi pula. Ibadah mencakup seluruh
apa saja yang di cintai dan di ridhai oleh Allah swt. Ini mempunyai arti
bahwasannya setiap aktivitas seperti makan, belajar, berpergian, menikah bahkan
tidur sekalipun, jika diniatkan hanya untuk keridhaan Allah swt, maka dapat
bernilai ibadah. Dengan demikian sudah sepantasnya saya mengisi waktu dengan
berbagai aktivitas yang mampu meningkatkan ketaatan kepada Allah swt.
Banyak
hikmah yang saya dapatkan dalam beribadah. Salah satu dari hikmah tersebut adalah meningkatnya jiwa sosial pada diri
saya sebagai seorang muslim. Dengan beribadah, saya merasa lebih peduli pada
lingkungan sekitar. Bukan sebaliknya. Jika saya kembali merujuk kepada Al-
Qur’an, maka saya sering menemukan ayat – ayat yang berkaitan bagaimana seorang
muslim peduli akan sesama muslim lainnya. Misalnya saja Surah At Taubah ayat
71, Allah swt berfirman :
“Dan
orang – orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan lagi Maha Bijaksana.”
Ayat
ini menjelaskan bagaimana saya mesti bersikap kepada sesama muslim. Hal ini
disebabkan adanya tali persaudaraan yang
tersambung pada antar sesama muslim dikarenakan kesamaan aqidah ataupun
kesamaan tujuan hidup, yaitu beribadah dan mengharapkan keridhaan Allah swt
semata.
Yang
menjadi pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana sikap saya terhadap teman yang non Muslim ? Di dalam Al-Qur’an, Allah
swt memerintahkan seorang muslim untuk berbuat baik dan adil kepada teman teman
non muslim sepanjang mereka tidak memusuhi agama dan diri kita sendiri. Hal ini
tertulis dalam surah Al- Mumtahanah ayat 8-9 dimana Allah swt berfirman :
“Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang – orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang – orang
yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang –
orang yang zalim.”
Dengan
semangat beribadah kepada Allah swt, maka keinginan saya untuk membantu serta
memberikan kontribusi kepada sesama,baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun
yang besar, haruslah semakin besar. Tak hanya sebatas keinginan , tapi juga
harus berbuah aksi nyata. Aksi yang saya wujudkan dalam bentuk dakwah. Saya
sendiri memilih berdakwah dalam bidang keilmuan, khususnya dalam ilmu akuntansi
syariah. Maka dari itu, saya ingin menggeluti karir di bidang perguruan tinggi
sebagai seorang dosen.
Mengapa
menjadi seorang dosen ? Karena di posisi itu saya bisa bertemu dengan generasi
muda, yaitu mahasiswa. Kepada merekalah saya berdakwah dimana saya dapat
menyampaikan tentang Islam ,yang tak hanya mengatur dari segi ibadah saja,
tetapi juga mencakup bidang ekonomi khususnya akuntansi. Saya ingin mengenalkan
kepada mereka, khususnya pemuda muslim, tentang sistem ekonomi berbasis
syariah. Sehingga kedepannya tidak ada lagi pemuda muslim yang masih awam
tentang sistem ekonomi syariah. Selain itu, gerak ruang dosen tidak terbatas
mengajar saja, tetapi juga mengembangkan ilmu baik melalui penelitian maupun
pengabdian ke masyarakat.
Keinginan selanjutnya adalah menjadi seorang
pakar ekonomi sekaligus pakar akuntansi
syariah. Pada tahap ini, ranah dakwah saya tak lagi sebatas dunia kampus
dan masyarakat disekitar saya, melainkan ke masyarakat luas, masyarakat
Indonesia. Saya ingin mengenalkan sistem syariah lebih luas ke masyarakat.
Sehingga masyarakat dapat mengetahui dan
merasa tertarik dengan sistem ekonomi syariah. Pada saat ini, banyak sekali isu
– isu mengenai sistem ekonomi syariah, baik yang bagus maupun yang jelek. Maka
dari itu, saya berkeinginan menjadi pakar ekonomi dan akuntansi syariah, agar
bisa mengenalkan pada masayarakat tentang sistem ekonomi syariah secara menyeluruh.
Keinginan
tertinggi saya adalah menjadi seorang menteri Ekonomi. Saya mempunyai keinginan
untuk memperbaiki sistem ekonomi negara dengan ilmu yang saya miliki. Saya
ingin memberikan kontribusi atau manfaat yang besar untuk negeri ini. Saya
ingin bermanfaat bagi orang yang saya sayangi, bagi orang lain, bagi
masyarakat, dan bagi dunia.
Kadangkala,
saya merasa keinginan – keinginan itu terlalu tinggi untuk diraih serta terlalu
berat untuk dipikul oleh saya sendiri. Apalagi saya hanyalah seorang perempuan.
Tak sedikit orang yang memandang sebelah mata kepada saya dan usaha – usaha
saya dalam mewujudkan mimpi tersebut. Saya sering disebut idealis, pemimpi,
pengkhayal, dan apapun itu hanya Allah yang tahu. Tetapi inilah hidup yang saya
pilih, dan inilah rencana yang sudah saya susun. Saya yakin dimana ada kemauan
yang kuat serta kerja keras yang tak mengenal lelah, maka akan mendatangkan
keberhasilan.
Kembali
lagi kepada tujuan hidup saya yang berasal dari sebuah ayat. Hidup hanya untuk
beribadah kepada Allah swt. Salah satu bentuk dari beribadah itu adalah
berdakwah. Menjadi seorang dosen, pakar ekonomi syariah, dan menteri ekonomi
hanyalah upaya - upaya saya sebagai manusia
untuk berkontribusi dalam dakwah. Dan dakwah ini saya persembahkan hanya
untuk Sang Pemilik Kehidupan, yang Menggenggam Jiwa saya,yaitu Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar