Akuntansi
bukanlah sekedar alat semata dalam rangka menyajikan laporan keuangan
perusahaan. Akuntansi juga bukan sekedar ilmu aplikasi yang mengajarkan
keterampilan dalam memberikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan.
Diatas semua itu, Akuntansi adalah keyakinan, ataupun dogma yang membawa nilai –
nilai tertentu. Akuntansi mampu membawa
nilai – nilai tersebut dan mengembangkannya dalam sistem perekonomian.
Permasalahannnya
saat ini adalah adanya penyusupan nilai –nilai tertentu kedalam Akuntansi yang
memberikan dampak negatif dalam sistem perekonomian saat ini. Yaitu penyusupan
pemikiran kaum kapitalisme kedalam akuntansi kita. Apabila kita melihat dan
mempelajari kembali sistem dan metode dalam akuntansi, maka kita akan menyadari
jika sistem dan metode – metode tersebut hanya memberikan keuntungan kepada
golongan tertentu, terutama golongan pemilik modal. Hal inilah yang mengindikasikan
adanya penyusupan pemikiran kaum kapitalisme kepada akuntansi yang kita
gunakan.
Kapitalisme
sendiri, merupakan hasil pemikiran yang lahir dari penyimpangan atau penyalah
gunaan nilai atau semangat dalam agama Protestan. Hal ini bermula pada saat kaum
protestan menyadari jika Tuhan sudah menetapkan takdir baik maupun buruk pada
seseorang sejak awal. Tentu saja ini, membangkitkan keinginan tahuan
masyarakat Protestan mengenai pesyaratan
orang –orang yang dikategorikan ‘terselamatkan’. Salah satu cabang Protestan,
Calvanisme, melihat kesuksesan dunia sebagai salah satu syarat dalam kategori
tersebut. Oleh karena itu, munculnya semangat dalam mencari kekayaan sebanyak –
banyaknya guna menjadi orang – orang yang dikategorikan “terselamatkan”. Tetapi
pada masa selanjutnya, spirit mencari kekayaan sebanyak –banyaknya ini, tidak
lagi beringinan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam agama Protestan.
Sehingga yang tertinggal, adalah semangat mengeksploitasi sesama manusia dan
alam untuk memperkaya diri. Semangat inilah yang digunakan oleh bangsa barat
dalam merumuskan sistem perekonomiannya, yang sayangnya juga mereka terapkan
pada saat menjajah negeri lain, termasuk Indonesia.
Ada
keyakinan yang tinggi pada masyarakat barat jika mereka adalah pusat dari
kebudayaan. Sehingga munculnya presepsi
dimana masyarakat timur yang dipandang ‘primitif’ haruslah mengikuti kebudayaan barat agar
dipandang ‘beradab’ dan ‘modern’. Yang tentu saja, ini adalah sebuah kesalahan
fatal. Setiap negeri memiliki budaya, yang pastinya membawa nilai – nilai
luhurnya masing – masing. ‘Pemaksaan’ budaya barat ini akan menghilangkan nilai
– nilai luhur tesebut, dan menjadikan budaya lokal hanyalah sekedar rutinitas
saja.
Kembali
lagi pada pengertian akuntansi sebagai keyakinan yang membawa nilai – nilai
tertentu. Pada saat ini telah muncul sebuah keyakinan baru dalam akuntansi.
Yaitu keyakinan yang mementingkan diri sendiri. Tentu saja ini merupakan salah
satu bentuk ‘keyakinan’ yang muncul dari paham yang mirip atau bisa dianggap
sebagai turunan dari kapitalisme, yaitu neoliberalisme. Hal ini dikarenakan
adanya dasar tujuan yang sama, guna memperkaya diri dengan meningkatkan
keuntungan sebanyak – banyaknya.
Tentu
saja, bentuk ‘keyakinan’ ini haruslah dilawan, karena bisa membawa masyarakat
kepada tingkat kerusakan yang parah. Tidak hanya pada tingkat ekonomi saja, tapi
juga pada norma dan moral masyarakat, serta juga pada tingkatan alam. Maka dari
itu, seharusnya kita mengembalikan lagi nilai –nilai luhur dari budaya lokal,
bahkan yang lebih penting adalah nilai – nilai ketuhanan dalam diri kita. Nilai
– nilai inilah yang seharusnya disisipkan pada sistem akuntansi . Bukannya
‘memaksakan’ nilai – nilai Barat agar terlihat lebih modern dan beradab dalam
pandangan mereka.
mesjid raya Mujahidin Pontianak |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar