Jumat, 11 September 2015

Istilah - Istilah dalam Filsafat

Mahasiswa Akuntansi


Epistemologi
Epistem           : pengetahuan
Logos              : Ilmu
Merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan asal , sifat, karakter, dan jenis pengetahuan.Apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, jenisnya, serta hubungan dengan kebenaran dan keyakinan.  Epistemologi atau teori pengetahuan.  Berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. 

Individualisme : suatu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik, sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan pribadi.

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan jika hal yang dapat dikatakan benar – benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Sebagai teori, materialisme termasuk dalam ontologi monistik, tetapi berbeda dengan teori ontologi yang  didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Sedangkan dalam memberikan penjelasan tunggal mengenai realitas, materialisme bersebrangan dengan idealisme. Materialisme tidak menagakui entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan, malaikat, tuhan. Realitas satu – satunya adalah materi dan manifestasi dari aktivitas materi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yan kekal. Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikorus ( filsuf pada masa filasafat kuno). Ada juga Demokritos dan Lucretius Carus. Pandangan mengenai materialisme ini dilanjutkan oleh La Mattrie dengan karangannya L’Homme machine (manusia mesin) dan L’homme plante (manusia tumbuhan) pada masa pencerahan di Perancis. Kemudian muncul Baron von Holbach yang mengemukakan materialisme ateisme, yang tidak mengakui adanya tuhan secara mutlak. Pada abad 19, pandangan materialisme kembali dimunculkan oleh filsuf asal jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner,  dan Haeckel. Salah satu kritik terhadap paham materialisme adalah dikemukakan oleh alliran filsafat eksistensialisme. Paham materialisme menyamaratakan manusia sebaga benda yang sama dengan pohon, hewan, dan benda mati lainnya. Padahal manusia memiliki kompleksitas diri yang tak mampu diukur.

Utilitarianisme merupakan suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahawa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility). Berasal dari utilis yang artinya berguna, bermanfaat , berfaedah, atau menguntungkan. Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar  (the greatest  happiness)

Metafisika berasal dari bahasa Yunani yaitu, meta yang memiliki arti “setelah atau dibalik” dan phusika yang artinya “hal – hal yang ada di alam”. Metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang mempelajari penjelasan asal atu hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Contoh bentuk pertanyaan nya : Apakah sumber dari suatu realitas ? Apakah Tuhan ada ? Apa tempat manusia di dalam semesta ? Cabang utama dari metafisika adalah ontologi. Ontologi merupakan sebuah studi mengenai kategorisasi benda – benda di alam dan hubungannya antara satu sama lainnya. Penggunaan istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal – hal yang diluar dunia fisik”.

Dikotomi dapat diartikan sebagai pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Dikotomi dalam konteks teologi merupakan suatu konsep teologis yang menyatakan jika diri manusia dapat dibedakan dalam dua aspek yakni jiwa dan tubuh.

Transendental memiliki arti menonjolkan hal – hal yang bersifat kerohanian, sukar dipahami, gaib dan abstrak. Pada konsep teologi, transendental merupakan model salah satu pendekatan teologi kontekstual yang melihat bahwa realitas bukan sebagai yang ada “diluar” dan lepas pengenalam manusia, tetapi melihat pada dinamika kesadaran diri. Model Transendental tidak memusatkan pada pemberitaan Kitab Suci, tetapi bertitik tolak pada pengalaman religius dan pengalaman yang menyangkut diri sendiri.  Kata transendental mengacu pada metode transendental yang dipopulerkan Oleh Immanuel Kant pada abad 18. Dan Pada abad 20 kembali dikembangkan oleh beberapa pemikir Pierre Rousselot, Joseph Marechal, Karl Rahner, dan Bernard Lonergan.

Skeptisisme merupakan paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). Pada filsafat adalah merujuk lebih bermakna khusus untuk suatu atau dari beberapa sudut pandang. Sikap skeptis memiliki arti sebuah pendirin di dalam epistemologi yang menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri – cirinya maupun eksistensinya. Rene Descartes merupakan perintis dari sikap skeptis pada filsafat modern.

Teosentris berasal dari kata Yunani dari kata Theos yang artinya Tuhan, dan bahasa inggris center yang artinya pusat. Teosentrisme mengacu kepada pandangan jika sistem keyakinan dan nilai ketuhanan secara moralitas lebih tinggi dibandingkan sistem yang lainnya.

Dualisme merupakan konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Gagasan mengenai dualisme jiwa dan raga sudah ada sejak zaman Plato dan Aristoteles. Versi Dualisme dikenalkan secara umum diterapkan oleh Rene Descartes (1641). Dualisme bertentangan dengan monisme termasuk fisikalisme dan fenomenalisme.

Defensif adalah sikap bertahan

Apologi adalah tulisan atau pembicaraan formal yang digunakan untuk mempertahankan gagasan , kepercayaan, disebut juga pembelaan.

Polemis adalah bersifat polemik. Sedangkan polemik adalah sejenis diskusi atau perdebatan sengit yang diadakan di tempat umum atau media massa berbentuk tulisan. Polemik biasa digunakan untuk menyangkal atau mendukung suatu pandangan agama atau politik. Lawan kata dari polemik adalah apologi.

Rasionalitas adalah pola pikir untuk bertindak sesuai dengan nalar dan logika manusia.

Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantara ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal – hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat), yang mana kejadian dua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama. Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmiwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal.

Esensialisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa suatu entitas memiliki karakteristik yang inheren dan melekat seingga tidak dapat dipisahkan dengan entitas tersebut dan sekaligus mendefinisikannya. Berlawanan dengan kontigensi, sesuatu yang hanya kebetulan, yang ketiadaannya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut. Esensialisme memiliki arti yang berbeda dalam biologi dan filsafat. Dalam filsafat, esensialisme adalah paham tentang manusia yang berlawanan dengan eksistensialisme. Esensialisme bertujuan mengutamakan esensi dibandingkan dengan eksistensi (keberadaan sesuatu atau seseorang). Esensialisme menganut ide bahwa individu tidak bebas memilih dan menentukan makna atau kualtias (esensi) dirinya, melainkan ia dianggap sebagai hasil dari determinisme yang tidak dapat lepas darinya. Esensialisme menghidupkan kembali debat antara alam (nature) dan budaya (culture).

Deduksi merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data. Proses pengambilan kesimpulan dengan cara deduksi didasari oleh alasan-alasan yang benar dan valid. Proses pengambilan kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang valid atau dengan menguji hipotesis dengan menggunakan data empiris disebut proses deduksi (deduction) dan metodenya disebut metode deduktif (deductive method) dan penelitiannya disebut penelitian deduktif (deductive research). Proses deduksi selalu digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (scientific).

Induksi didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Pendekatan induksi sangat berbeda dengan deduksi. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan konklusi. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan. Proses induksi selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif (naturalis). Penalaran induksi merupakan proses berpikir yang berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus. Kesimpulan menjelaskan fakta sedangkan faktanya mendukung kesimpulan.



Eksplanatif merupakan penelitian bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada.Penelitian eksploratori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan (eksploration). Penelitian eksploratori dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Penelitian eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Peneliti hanya menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk memperoleh data primer berupa keterangan, informasi, sebagai data awal yang diperlukan.

Verifikatif adalah kegiatan untuk menguji kebenaran dugaan (hipotesis) ke dalam fakta atau realita.

Sumber :
wikipedia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar