Mesjid di Singkawang |
Jika
kepercayaan merupakan fondasi dasar dalam membangun hubungan berdasarkan cinta,
maka kesetiaan adalah tiang penjaga yang bertugas menompang rasa cinta agar
tetap berdiri tegak. Kesetiaan merupakan sikap pada diri manusia agar senantiasa tiada terpalingkan pada
sesuatu yang ia cintai dalam hidupnya.
Sayangnya kadar kesetiaan bagi masing – masing orang berbeda – beda, tergantung
pada apa yang ia cintai, kondisi, serta
kekuatan yang ia miliki.
Sebelum
mengkaji terlalu jauh mengenai kesetiaan, maka ada baiknya jika sejenak kita
bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan objek yang kita cintai. Untuk siapa
cinta ini dipersembahkan serta kepada siapa kesetiaan ini diwujudkan. Jika
cinta dan kesetiaan ini ditujukan hanya kepada sesuatu yang berwujud, entah
manusia atau benda, maka akan terasa sempit sekali makna cinta dan kesetiaan
itu sendiri. Sebaliknya, rasa cinta dan kesetiaan ini akan terasa dalam dan
luas maknanya apabila ditujukan kepada Sang Maha Pemberi Cinta, Allah swt,
Tuhan Semesta Alam.
Ketika
seorang manusia menyatakan cinta kepada Rabbnya, maka ia akan senantiasa
menjaga cintanya dengan kesetiaan yang tinggi. Kesetiaan itu ditunjukkan dengan
melakukan amalan ibadah bersamaan kesadaran akan kehadiran Rabbnya. Dengan
melakukan amal ibadah, manusia itu berharap agar ia tidak berpaling hati dari
cinta kepada Rabbnya. Dan inilah makna kesetiaan tertinggi pada diri manusia !
Ketika
rasa cinta dan kesetian terhadap Allah begitu tinggi, maka hal ini akan
berimbas bagaimana seseorang manusia memandang dunia disekelilingnya. Khususnya
akan berdampak bagaimana ia memperlakukan , mencintai dan sekaligus membenci
sesuatu. Dalam rangka menjaga kesetiaannya, maka ia akan memperlakukan,
mencintai bahkan membenci sesuatu karena Allah swt. Ia akan berlomba – lomba
dalam kebaikan demi menjaga kesetiaan cintanya. Tak kan ia mampu untuk
melanggar sedikitpun larangan Allah swt, karena itu berarti ia telah khianat
akan cintanya sendiri.
Khianat
merupakan sifat jelek yang ada didalam diri manusia. Dalam konteks agama,
khianat merupakan suatu sikap lalai dalam melaksanakan amanah yang diembankan
kepadanya, dan juga merupakan salah satu ciri pribadi orang munafik. Jika kita
kembali kedalam konteks cinta kepada Allah swt, maka khianat adalah sikap lalai
dalam rangka menjaga cintanya. Pengkhianatan juga mengindikasikan adanya
keberpalingan terhadap sesuatu yang
lebih menarik hatinya daripada kecintaan kepada Allah swt. Dan biasanya
keberpalingan hati ini dikarenakan kecondongan diri terhadap sesuatu yang
bersifat duniawi dan semu. Dan ini berimbas kepada perilaku serta kehidupan
orang tersebut.
Maka
dari itu, sudah sepantasnya kita menjaga cinta kita dengan kesetiaan yang
tinggi. Walau memang benar, hati manusia adalah sesuatu yang mudah dibolak
balik oleh Maha Pembolak balik hati ini, Rabb Semesta Alam, sehingga terasa
susah untuk menjaga kesetiaan didalam hati ini. Sudah seharusnya kita meminta
kepada Allah swt, agar senantiasa melimpahkan dan menjaga hati – hati kita agar
selalu mencintainya sehingga hati ini
tetap dalam kadar kesetiaan tertinggi kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar