Jumat, 11 September 2015

Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Satu Perspektif Ketuhanan


Mesjid di Singkawang


Jika kepercayaan merupakan fondasi dasar dalam membangun hubungan berdasarkan cinta, maka kesetiaan adalah tiang penjaga yang bertugas menompang rasa cinta agar tetap berdiri tegak. Kesetiaan merupakan sikap pada diri manusia  agar senantiasa tiada terpalingkan pada sesuatu  yang ia cintai dalam hidupnya. Sayangnya kadar kesetiaan bagi masing – masing orang berbeda – beda, tergantung pada apa  yang ia cintai, kondisi, serta kekuatan yang ia miliki.

Sebelum mengkaji terlalu jauh mengenai kesetiaan, maka ada baiknya jika sejenak kita bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan objek yang kita cintai. Untuk siapa cinta ini dipersembahkan serta kepada siapa kesetiaan ini diwujudkan. Jika cinta dan kesetiaan ini ditujukan hanya kepada sesuatu yang berwujud, entah manusia atau benda, maka akan terasa sempit sekali makna cinta dan kesetiaan itu sendiri. Sebaliknya, rasa cinta dan kesetiaan ini akan terasa dalam dan luas maknanya apabila ditujukan kepada Sang Maha Pemberi Cinta, Allah swt, Tuhan Semesta Alam.

Ketika seorang manusia menyatakan cinta kepada Rabbnya, maka ia akan senantiasa menjaga cintanya dengan kesetiaan yang tinggi. Kesetiaan itu ditunjukkan dengan melakukan amalan ibadah bersamaan kesadaran akan kehadiran Rabbnya. Dengan melakukan amal ibadah, manusia itu berharap agar ia tidak berpaling hati dari cinta kepada Rabbnya. Dan inilah makna kesetiaan tertinggi pada diri manusia !

Ketika rasa cinta dan kesetian terhadap Allah begitu tinggi, maka hal ini akan berimbas bagaimana seseorang manusia memandang dunia disekelilingnya. Khususnya akan berdampak bagaimana ia memperlakukan , mencintai dan sekaligus membenci sesuatu. Dalam rangka menjaga kesetiaannya, maka ia akan memperlakukan, mencintai bahkan membenci sesuatu karena Allah swt. Ia akan berlomba – lomba dalam kebaikan demi menjaga kesetiaan cintanya. Tak kan ia mampu untuk melanggar sedikitpun larangan Allah swt, karena itu berarti ia telah khianat akan cintanya sendiri.

Khianat merupakan sifat jelek yang ada didalam diri manusia. Dalam konteks agama, khianat merupakan suatu sikap lalai dalam melaksanakan amanah yang diembankan kepadanya, dan juga merupakan salah satu ciri pribadi orang munafik. Jika kita kembali kedalam konteks cinta kepada Allah swt, maka khianat adalah sikap lalai dalam rangka menjaga cintanya. Pengkhianatan juga mengindikasikan adanya keberpalingan terhadap  sesuatu yang lebih menarik hatinya daripada kecintaan kepada Allah swt. Dan biasanya keberpalingan hati ini dikarenakan kecondongan diri terhadap sesuatu yang bersifat duniawi dan semu. Dan ini berimbas kepada perilaku serta kehidupan orang tersebut.

Maka dari itu, sudah sepantasnya kita menjaga cinta kita dengan kesetiaan yang tinggi. Walau memang benar, hati manusia adalah sesuatu yang mudah dibolak balik oleh Maha Pembolak balik hati ini, Rabb Semesta Alam, sehingga terasa susah untuk menjaga kesetiaan didalam hati ini. Sudah seharusnya kita meminta kepada Allah swt, agar senantiasa melimpahkan dan menjaga hati – hati kita agar selalu mencintainya  sehingga hati ini tetap dalam kadar kesetiaan tertinggi kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar