Rabu, 02 Maret 2016

Perkembangan Konsep Balanced Scorecard



Perkembangan Konsep Balanced Scorecard
 (ulasan singkat dan awam)
oleh marisa eka prasetyawati

Pengukuran kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan termotivasi untuk selalu mencari pengukuran yang terbaik untuk perusahaan.  Pada awalnya, pengukuran perusahan hanya berkisar pada perspektif keuangan. Namun semakin lama, baik praktisi maupun akademisi menemukan apabila pengukuran kinerja tradisional tidak mampu untun membuat keputusan saat ini (Malina & Selto, 2001).
Pada tahun 1992, Kaplan dan Norton memperkenalkan pengukuran kinerja terbaru yang mampu mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Pada awal kemunculannya balanced scorecard dianggap sebagai alat pengendalian stategis (Mooraj, Oyon, & Hostettler, 1999). Balance Scorecard menawarkan kepada atasan , kombinasi pengukuran kinerja non-keuangan dan keuangan. Balanced Scorecard secara eksplisit fokus pada pembuatan keputusan dan outcomes, maka Balance Scorecard cenderung digunakan untuk memandu startegi perkembangan, implementasi, dan komunikasi (Malina & Selto, 2001). Hal  ini mengakibatkan banyak perusahaan yang ingin menerapkan balanced scorecard.
Namun, tidak semua perusahaan berhasil menggunakan balanced scorecard. Hal ini pun menarik perhatian peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai balanced scorecard. Sehingga bisa dikatakan Balanced Scorecard merupakan salah satu topik yang perkembangannya paling signifikan diakuntansi manajemen (Atkinson et.al, 1997).  Pada saat ini banyak sekali penelitian mengenai balanced scorecard baik di Indonesia maupun di luar negeri dengan beragam topik. Seperti Chan & Chan (2004) yang meneliti balance scorecard di sektor publik dan Nurosidah & Purnomosidhi (2008) yang meneliti balanced scorecard di Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan konsep balanced scorecard sejak dari awal kemuculannya sampai saat ini. Penelitian ini mencoba untuk menjabarkan perkembangan konsep balanced scorecard  berdasarkan jurnal , artikel , dan rangkuman yang dipublikasikan oleh Robert S.Kaplan dan David.P.Norton, sebagai pencetus balanced scorecard. Agar menambah informasi mengenai penelitian balanced scorecard , maka digunakan artikel lainnya dengan tema efektifitas balanced scorecard. Berdasarkan hasil review pada kesembilan artikel, Peneliti mengklasifikasikan 9 artikel yang dipublikasikan oleh Robert S.Kaplan dan David.P.Norton menjadi 3 titik fokus, yaitu : pengenalan, implementasi , dan penyempurnaan atau perluasan konsep. Hasil penelitian yang lain terkait dengan 2 artikel tambahan mengenai efektifitas balanced scorecard.
Alasan Topik Perkembangan Konsep Balanced Scorecard
            Banyaknya perusahaan yang mengadopsi balanced scorecard serta berkembangnya penelitian yang beraneka ragam mengenai balanced scorecad, juga mempengaruhi konsep dasar balanced scorecard itu sendiri. Balanced scorecard yang semula alternatif pengkuran kinerja (Robert S Kaplan & Norton, 1992), semakin diperluas dengan fungsinya sebagai sistem manajemen strategik (stategic management system) (Robert S Kaplan & Norton, 1993). Tak hanya memberikan konsep mnegenai fungsi dan peran balanced scorecard sebagai alat manajemen, tapi Kaplan dan Norton juga memberikan langkah – langkah bagi perusahaan yang ingin menerapkan balanced scorecard dengan menyediakan contoh perusahaan yang sudah menerapkannya (Kaplan dan Norton, 1993;2001;2001a).  Adanya perluasan fungsi dari penerapan balanced scorecard menjadi alasan untuk melakukan penelitian ini. Untuk review artikel ini menggunakan 9 artkel yang dipublikasikan oleh Robert S.Kaplan dan David P. Norton. Dan 2 artikel tambahan yang dipublikasikan oleh Malina & Selto (2001) dan Mooraj et al. (1999) sebagai pelengkap.
Penelitian Analisa Konsep Balanced Scorecard
            Fokus utama dalam review 9 artikel ini terutama pada perkembangan konsep dari Balanced Scorecard yang diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton dari periode 1992 sampai 2010. Selain menjelaskan mengenai perkembangan konsep Balance Scorecard, artikel ini juga menyediakan 2 artikel jurnal dari peneliti lainnya mengenai penerapan Balance Scorecard.
1.      Pengenalan Balance ScoreCard
            Dimulai pada tahun 1992, Robert S.Kaplan dan David P. Norton mempublikasikan jurnal mereka yang berjudul The Balanced Scorecard-Measurement that Drive Performance. Pada jurnal ini, baik kedua peneliti tersebut mencoba untuk memperbaiki kekurangan pada sistem pengukuran kinerja pada saat itu dengan mengenalkan suatu sistem baru yang disebut dengan Balanced Scorecard (Robert S Kaplan & Norton, 1992). Balanced Scorecard tidak hanya menawarkan pengukuran keuangan saja, melainkan memberikan beberapa komponen tambahan pengukuran yang bersifat non keuangan. Balanced Scorecard menawarkan 4 perspektif bagi manajer dalam mengukur kinerjanya, yaitu : Financial Perspective, Customer Perspective, Internal Perpsective, dan Innovation and Learning Perspective. Pada jurnal ini, dijelaskan mengenai keterkaitan antar setiap perspektif. Selain itu, terdapat penjabaran makna dari setiap perspektif. Baik Robert.S.Kaplan dan David P.Norton menawarkan Balanced Scorecard sebagai alat untuk menterjemahkan strategi perusahaan agar dapat diimplementasikan pada operasional perusahaan. Kedua peneliti tersebut juga menekankan apabila  Balanced Scorecard bukanlah sebuah jaminan apabila strategi perusahaan akan tercapai. Balanced Scorecard dipandang oleh kedua peneliti, sebagai bentuk ataupun wujud perubahan fundamental yang mendasari asumsi mengenai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard dianggap mampu menjaga perusahaan untuk melihat kedepan maupun sebaliknya.
2.      Implementasi Balanced Scorecard
            Pada tahun 1993, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton kembali mempublikasikan jurnal bertemakan Balanced Scorecard dengan judul Putting the Balanced Scorecard to Work. Pada jurnal ini peneliti memberikan contoh bagaimana penerapan BSC di beberapa perusahaan. Kedua peneliti berpendapat apabila Balanced Scorecard bukanlah template yang dapat  diaplikasikan secara langsung pada semua perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam situasi pasar, strategi produk, dan lingkungan (Robert S Kaplan & Norton, 1993) yang mengakibtakan setiap perusahaan membutuhkan scorecard yang berbeda – beda. Sehingga pemberian contoh ini dimaksudkan agar perusahaan yang ingin menerapkan BSC , tidak mengimplementasikan konsep balanced scorecard secara langsung. Perusahaan yang menjadi contoh adalah Perusahaan Rockwater, Apple Computer, dan Advanced Micro Devices. Setiap perusahaan memiliki keunikan dan caranya masing – masing dalam membangun balanced scorecard. Contohnya saja, Apple dan Advanced Micro Devices dimana eksekutif keuangan perusahaan akrab dengan pemikiran strategis top management, sehingga mampu membangun scorecard tanpa adanya musyawarah. Sedangkan untuk perusahaan Rockwater, manajemen senior belum menentukan strategi organisasi yang tepat apalagi meningkatkan kinerja utama yang mendorong keberhasilan strategi ini. Pada akhir jurnal, kedua peneliti menyisipkan wawancara dengan Larry D.Brady, seorang eksekutif  presiden FMC Corporation. FMC Corporation adalah salah satu perusahaan yang memutuskan untuk menggunakan balanced scorecard. Wawancara ini membahas pengalaman perusahaan FMC Corporation dalam mengimplementasi balanced scorecard. Salah satu pendapat yang paling menarik dari Larry D.Brady adalah pandangannya mengenai balanced scorecard sebagai strategic measurement system, bukan alat ukur strategi perusahaan.
Pada tahun 2001, Robert S.Kaplan mempublikasikan sebuah jurnal yang berjudul Strategic Performance Measurement and Management in Nonprofit Organizations. Jurnal ini masih berkisar implementasi balanced scorecard, namun pada organisasi non-profit atau nirlaba. Peneliti berpendapat apabila adanya kebutuhan dari organisasi nirlaba terhadap pengukuran kinerja dikarenakan meningkatnya persaingan antar lembaga atau organisasi yang berkembang (Robert S Kaplan, 2001). Perusahaan nirlaba atau organisasi nonprofit membutuhkan balanced scorecard untuk meningkatkan pengelolaan organisasi. Pada jurnal ini, peneliti mencoba menjabarkan hasil dari penerapan balanced scorecard pada beberapa organisasi non-profit dalam kurun waktu beberapa tahun. Perusahaan yang digunakan sebagao contoh adalah United Way of Southeastern New England (UWSENE), Duke Children’s Hospital (DCH), dan New Profit Inc. Pada awalnya, setiap perusahaan memiliki permasalahan masing – masing. Ketiga perusahaan berharap, dengan menerapkan balanced scorecard akan membawa peningkatan dalam kinerja masing – masing perusahaan. Namun hasilnya, hanya perusahaan DCH dan New Profit Inc . yang berhasil menerapkan Balanced Scorecard. Sedangkan  UWSENE gagal dalam menerapkan balanced scorecard dikarenakan adanya perubahan dalam kepemimpinan.
3.      Penyempurnaan Konsep Balanced Scorecard
Pada tahun 1996, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton memperkenalkan Strategic Learning (Pembelajaran Strategik) dalam jurnalnya yang berjudul Strategic Learning anf balanced scorecard. Peneliti berpendapat apabila kemampuan perusahaan untuk organizational Learning pada tingkat eksekutif merupakan aspek berharga dalam balanced scorecard (Robert S Kaplan & Norton, 1996). Hal ini disebabkan strategic learning merupakan pengetahuan bagi pihak yang akan menggunakan balanced corecard sebagai sistem manajemen strategik (stategic management system). Proses dari strategic learning dimulai dari mengklarifikasi visi bersama yang ingin dicapai perusahaan. penggunaan  pengukuran berfungsi sebagai bahasa  untuk menterjemahkan konsep kedalam bentuk atau tindakan yang tepat serta selaras agar tercapai tujuan perusahaan. Adanya penekanan dalam membangun hubungan sebab-akibat dalam scorecard, agar memungkinkan individu di berbagai bagian organisasi mampu memahami dalam mencocokkan dampak dari peran mereka dengan pihak lain. Untuk pemantauan kinerja dapat diambil dalam bentuk pengujian  hipotesis dan double-loop learning.
Pada tahun 2001, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton menerbitkan ringkasan dari bukunya yang berjudul The Strategic Focused Organization. Ringkasan tersebut berisikan 5 prinsip atau 5 cara dalam mengubah balanced scorecard dari alat untuk mengukur kinerja menjadi alat untuk menciptakan strategi – indikator kinerja manajemen perusahaan (Robert S. Kaplan & Norton, 2001). Pertama, menterjemahkan strategi menjadi istilah operasional. Kedua, menyelaraskan organisasi pada strategi. Ketiga, membuat strategi everyone’s everyday job (menggunakan balanced scorecard untuk membantu pekerja mengembangkan tujuan personalnya). Keempat, membuat strategi proses berkelanjutan. Kelima, memobilisasi perubahan melalui kepemimpinan eksekutif.
Pada  tahun 2004, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton menerbitkan artikel yang berjudul Strategy Maps. Melalui artikel ini, peneliti ingin menunjukkan bagaimana mendeskripsikan, mengukur, dan menyelaraskan intangible asset milik perusahan untuk mencapai kinerja yang tinggi dan lebih menghasilkan profit. Pada artikel ini menjelaskan bahwa strategy map merupakan representasi visual dari strategi perusahaan (Robert S Kaplan & Norton, 2004).  Strategy maps akan memberikan tampilan bagaimana tujuan dari 4 perspektif balanced scorecad  berintegrasi dan bergabung dalam menggambarkan strategi perusahaan. Biasanya satu tujuan dari empat perspektif balanced  scorecard dari strategy maps membawa 20 sampai 30 pengukuran yang dibutuhkan. Hal inilah yang menjadi kritikan atas penggunaan balanced scorecard. Namun kritikan tersebut dibantah dalam artikel ini. Strategy maps  menunjukkan bagaimana berbagai pengukuran pada bangunan balanced scorecard  yang benar menyediakan  instumentasi untuk satu strategi. Perusahaan dapat merumuskan dan mengkomunikasikan  strategi mereka dengan sistem yang terintegrasi.
Pada tahun 2006, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton mempublikasikan sebuah review singkat berjudul How to implement a new strategy withour disrupting your organization. Review ini berisikan mengenai langkah – langkah perusahaan agar dapat memilih sebuah desain yang dapat bekerja dengan baik, sehingga perusahaan mampu mengembangkan sistem strategis  yang dapat mecocokkan struktur dan strategi. Peneliti mencoba menyelesaikan permasalahan yang dihadapai oleh banyak perusahaan, yaitu membuat strategi agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pada review singkat ini, peneliti kembali menawarkan sistem manajaemen berbasis balanced scorecard (R S Kaplan & Norton, 2006). Sistem manajemen berbasis balanced scorecard dianggap sebagai cara terbaik untuk menyelaraskan strategi dan struktur perusahaan. Scorecard dianggap sebagai alat yang ampuh untuk melaksanakan dan sekaligus memantau unit strategis. Pada review singkat ini peneliti juga tak lupa memberikan contoh perusahaan yang mengimpelementasi balanced scorecard sebagai sistem manajemennya. Antara lain : Du Pont’s Engineering Polymers dan Royal Canadian Mounted Police (perusahaan sektor publik).
Pada tahun 2008, Robert S.Kaplan dan David.P.Norton kembali mempublikasikan review yang berjudul Mastering The Management System. Peneliti menyoroti adanya permasalahan diperusahaan, terutama dibagian sistem manajemenennya. Kerusakan yang terjadi pada sistem manajemen bukanlah disebabkan kurang kemampuan si manajer, tetapi kegagalan perusahaan dalam memprediksi strategi barunya (Robert S Kaplan & Norton, 2008). Selanjutnya, peneliti menunjukkan langkah bagaimana alat management (management tools) dapat terintegrasi dalam sistem dan menghubungkan manajemen strategi dan operasional. Kesimpulannya adalah keberhasilan dalam menyeimbangkan dan menghubungankan prioritas jangka pendek dan jangka panjang dengan memiliki tata kelola perusahaan yang baik serta proses penterjemahan strategi ke dalam tingkat operasional yang baik. Tanpa salah satu dari keduanya, sulit bagi perusahaan untuk mencapai tujuaanya. Balanced scorecard menjadi alat untuk menerjemahkan strategi kedalam bentuk aktivitas operasional.
Pada tahun 2010, Robert S.Kaplan mempublikasikan sebuah working paper yang berjudul Conceptual Foundation of Balanced Scorecard. Isi dari working paper tersebut berkisar dari sejarah awal perkembangan balanced scorecard. Dimulai dari kemunculan, teori yang mendukung, sampai perluasan konsep Balanced scorecard (Robert S Kaplan, 2010).
4.      Penelitian terkait  Balanced Scorecard
Efektifitas balanced scorecard ditunjukkan pada sebuah jurnal yang berjudul Communicating and Controlling Strategy : An Empirical Study of  the Effectiveness of the balanced scorecard yang dipublikasikan oleh Malina & Selto (2001).  Jurnal ini memperlihatkan bukti efektivitas balanced scorecard sebagai strategi komunikasi dan pengendalian manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan secara khusus balanced scorecard dirancang dan diimplementasikan, merupakan suatu perangkat pengawasan strategi perusahaan yang efektif. Ketidakcocokkan dan tensi antara manajemen atas dan manajemen tengah melihat pada kecocokkan aspek khusus di Balance Scorecard. Selain itu, terbukti adanya hubungan kausal antara efektifitas pengendalian manajemen, motivasi, penyelarasan strategi dan dampak positif Balance Scorecard. Sebaliknya, dampak buruk dari ketidakefektifitas komunikasi dan pengendalian adalah rendahnya motivasi dan timbulnya konflik penggunaan Balance Scorecard.
Disisi lain, efektifitas balanced scorecard dipertanyakan dalam jurnal yang berjudul The balanced scorecard: a necessary good or an unnecessary evil? yang ditulis oleh  Mooraj, Oyon, & Hostettler (1999). Peneliti mempertanyakan kembali manfaat dari balanced scorecard. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balanced scorecard adalah 'necessary good' untuk organisasi pada saat ini.  Balanced scorecard menambah nilai dengan memberikan informasi yang relevan dengan cara ringkas untuk manajer. Sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk organisasi . Namun, seluruh proses pelaksanaan balanced scorecard bergantung pada kedua proses formal dan informal dalam perusahaan.

boneka kucing di museum khucing malaysia 2012

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar